Pages

Selasa, 25 Oktober 2011

Landasan Teori ( BAB II )

1.Teori Dasar/ Konsep
Ritel berasal dari kata retail yang berarti eceran. Bisnis ritel merupakan suatu bisnis menjual produk dan jasa pelayanan yang telah diberi nilai tambah untuk memenuhi kebutuhan pribadi, keluarga, atau pengguna akhir lainnya. Aktivitas nilai tambah yang ada dalam bisnis ritel diantaranya meliputi assortment, holding inventory, dan providing service (Sopiah, 2008). Bisnis ritel di Indonesia dibedakan menjadi 2 kelompok, yaitu ritel tradisional dan ritel modern. Ritel modern pada dasarnya merupakan pengembangan dari ritel tradisional. Format ritel ini muncul dan berkembang seiring perkembangan perekonomian, teknologi, dan gaya hidup masyarakat yang menuntut kenyamanan lebih dalam berbelanja (Pandin, 2009).

2.Tinjauan Riset Terdahulu/ Sejenis
Hendrikus Arinanda, 2009, Analisis variabel pembentuk kepuasan konsumen pada ritel minimarket Alfamart dan Indomaret di wilayah Pesanggrahan Jakarta Selatan. Dalam analisisnya, ia menggunakan variabel lokasi, promosi, harga, kelengkapan produk, dan pelayanan.
Padyan Khatimi, 2011, Pendekatan Analytical Hierarchy Process (AHP) untuk mengetahui perilaku konsumen dalam memilih tempat belanja ditinjau dari faktor kualitas barang, kelengkapan barang, jarak dan waktu buka (studi kasus pada masyarakat di kota Depok). Dalam analisisnya, ia menggunakan variabel kualitas barang, kelengkapan barang, jarak, dan waktu buka.
Dari tinjauan riset terdahulu, saya mengambil 4 variabel, yaitu kualitas barang, lokasi, kelengkapan barang, dan pelayanan.

Indikator/ Tolak Ukur :
a) Kualitas Barang
Kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang merupakan determinan dalam memilih toko dan berlaku pada suatu hypermarket. Pada masa kini banyak toko yang berkembang dengan pesat dalam kemampuan bersaing, karena kemampuan mereka menyusun dan menyajikan ragam barang yang dominan serta menyediakan barang-barang dengan kualitas yang baik dan terjamin.
b) Lokasi
Koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0.600 menunjukkan hubungan Lokasi dengan Promosi searah, artinya jika variabel Lokasi pada ritel minimarket diterima baik oleh konsumen maka variabel Promosi semakin baik pula diterima konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Sebaliknya jika variabel Lokasi di ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen maka variabel Promosi pada ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Misalnya, dengan lokasi yang strategis dan promosi yang dapat dipercaya akan menarik konsumen untuk berbelanja pada ritel minimarket tersebut, hal ini dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel minimarket.
c) Kelengkapan Barang
Kelengkapan barang meliputi aneka macam jenis produk yang ditawarkan pihak penjual. Kelengkapan barang yang akan dibeli konsumen merupakan salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam pemilihan tempat belanja. Konsumen akan lebih tertarik untuk berbelanja pada tempat yang menawarkan kelengkapan barang, karena tidak perlu berpindah tempat bila ingin berbelanja dengan bermacam barang.
d) Pelayanan
Koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0.596 menunjukkan hubungan Kelengkapan Produk dengan Pelayanan searah, artinya jika variabel Kelengkapan Produk pada ritel minimarket diterima baik oleh konsumen maka variabel Pelayanan semakin baik pula diterima konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Sebaliknya jika variabel Kelengkapan Produk di ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen maka variabel Pelayanan pada ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Misalnya, dengan jenis produk yang ditawarkan lengkap dan pelayanan yang cepat akan menarik konsumen untuk berbelanja pada ritel minimarket tersebut, hal ini dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel minimarket.

4.Pengembangan Hipotesis
Kesimpulan sementara dari riset terdahulu, variabel yang paling mempengaruhi adalah kualitas barang, kelengkapan barang, lokasi, dan pelayanan.


Tugas ini ditujukan kepada Bpk. Prihantoro

0 komentar:

Posting Komentar