3.1 Objek Penelitian
Dalam penelitian ini yang menjadi objek penelitian adalah konsumen barang-barang convenience yang berbelanja baik pada retail modern (minimarket, supermarket dan hypermarket) maupun retail tradisional (pasar tradisional) yang berada di wilayah kota Bekasi. Alasan penulis memilih kota Bekasi sebagai objek dalam penelitian ini adalah karena kota Bekasi merupakan salah satu kota yang terdapat di provinsi Jawa Barat, Indonesia, yang berada dalam lingkungan megapolitan Jabodetabek dan menjadi kota besar keempat di Indonesia. Saat ini kota Bekasi berkembang menjadi kawasan sentra industri dan kawasan tempat tinggal kaum urban. Secara geografis kota Bekasi berada pada ketinggian 19 m diatas permukaan laut. Kota ini terletak di sebelah timur Jakarta, berbatasan dengan Jakarta Timur di barat, kabupaten Bekasi di utara dan timur, kabupaten Bogor di selatan, serta kota Depok di sebelah barat daya. Dari total luas wilayahnya, lebih dari 50 % sudah menjadi kawasan efektif perkotaan dengan 90 % telah menjadi kawasan perumahan, 4 % telah menjadi kawasan industri, 3 % telah digunakan untuk perdagangan, dan sisanya untuk bangunan lainnya.
3.2 Pengumpulan Data
3.2.1 Data Primer
Pengambilan data melalui data primer dengan cara menyebarkan kuesioner pada konsumen barang-barang convenience yang berbelanja baik pada retail modern maupun retail tradisional. Pendapat Kasmir (2004) tentang kuesioner yaitu, metode dengan cara mengajukan formulir pertanyaan kepada responden atau konsumen yang diinginkan. Konsumen diminta untuk menjawab setiap pertanyaan sesuai dengan kebutuhan dan keinginannya tanpa adanya tekanan dari pihak periset. Dalam formulir dijelaskan cara-cara untuk menjawab pertanyaan. Proses pengambilan data dilakukan dengan penarikan sampel dari konsumen barang convenience yang berbelanja baik pada retail modern maupun retail tradisional.
3.2.2 Data Sekunder
Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini diperoleh dari berbagai literatur yang berhubungan dengan penelitian dan informasi dari Biro Pusat Statistik (BPS), Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) dan Pemerintah Daerah. Data sekunder dalam penelitian ini berupa perkembangan usaha ritel di Indonesia, baik ritel tradisional maupun ritel modern.
3.3 Populasi dan Penentuan Sampel
Populasi penelitian ini adalah konsumen barang-barang convinience yang berbelanja di pasar retail tradisional maupun retail modern baik retail kecil dan menengah maupun retail besar, di wilayah Bekasi Jawa Barat. Jumlah penduduk kota Bekasi adalah 2.336.489 jiwa (Hasil SP 2010).
Pemilihan sampel dalam penelitian pendahuluan dilakukan dengan menggunakan purposive sampling, agar hasil penelitian sesuai dengan tujuan penelitian. Agar responden yang terpilih memiliki kesamaan persepsi maka perlu diberikan batasan, diantaranya:
1. Responden berada berusia produktif 17 – 55 tahun, dengan asumsi dalam usia produktif, responden memiliki kemampuan dan keputusan sendiri dalam berbelanja.
2. Responden memiliki penghasilan
3. Responden berbelanja rutin di gerai retail kecil, menengah dan besar.
4. Responden berdomilisi di Bekasi Jawa Barat.
Pemilihan sampel dilakukan dengan eksploratori data, serta pengamatan dan interview pendahuluan dengan praktisi dan ahli lain dalam bidang perilaku konsumen dan kependudukan untuk mengumpulkan berbagai informasi yang berkaitan konsumen retail dan retail itu sendiri.
3.4 Variabel Penelitian
Variabel yang digunakan dalam penelitian ini adalah variabel perilaku konsumen yang selanjutnya akan dijadikan kriteria bagi konsumen dalam pemilihan tempat belanja. Adapun operasionalisasi kriteria di atas adalah sebagai berikut:
a) Kualitas Barang
Kedalaman, luas dan kualitas keragaman barang merupakan determinan dalam memilih toko dan berlaku pada suatu hypermarket. Pada masa kini banyak toko yang berkembang dengan pesat dalam kemampuan bersaing, karena kemampuan mereka menyusun dan menyajikan ragam barang yang dominan serta menyediakan barang-barang dengan kualitas yang baik dan terjamin.
b) Lokasi
Koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0.600 menunjukkan hubungan Lokasi dengan Promosi searah, artinya jika variabel Lokasi pada ritel minimarket diterima baik oleh konsumen maka variabel Promosi semakin baik pula diterima konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Sebaliknya jika variabel Lokasi di ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen maka variabel Promosi pada ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Misalnya, dengan lokasi yang strategis dan promosi yang dapat dipercaya akan menarik konsumen untuk berbelanja pada ritel minimarket tersebut, hal ini dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel minimarket.
c) Kelengkapan Barang
Kelengkapan barang meliputi aneka macam jenis produk yang ditawarkan pihak penjual. Kelengkapan barang yang akan dibeli konsumen merupakan salah satu faktor yang menentukan konsumen dalam pemilihan tempat belanja. Konsumen akan lebih tertarik untuk berbelanja pada tempat yang menawarkan kelengkapan barang, karena tidak perlu berpindah tempat bila ingin berbelanja dengan bermacam barang.
d) Pelayanan
Koefisien korelasi bertanda positif sebesar 0.596 menunjukkan hubungan Kelengkapan Produk dengan Pelayanan searah, artinya jika variabel Kelengkapan Produk pada ritel minimarket diterima baik oleh konsumen maka variabel Pelayanan semakin baik pula diterima konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Sebaliknya jika variabel Kelengkapan Produk di ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen maka variabel Pelayanan pada ritel minimarket kurang diterima oleh konsumen yang berbelanja pada ritel minimarket. Misalnya, dengan jenis produk yang ditawarkan lengkap dan pelayanan yang cepat akan menarik konsumen untuk berbelanja pada ritel minimarket tersebut, hal ini dapat membentuk kepuasan konsumen pada ritel minimarket.
3.5 Analisis Data
3.5.1 Perancangan Model Hierarki
Dalam tahap ini akan dibuat suatu kerangka hierarki yang dijadikan untuk pengambilan keputusan yang efektif atas permasalahan yang kompleks. Hal ini dilakukan untuk memudahkan dalam proses pengambilan keputusan.
Perancangan model hierarki tergantung kepada keputusan yang diambil. Pada tingkat dasar yaitu alternatif-alternatif yang objektif. Dalam penelitian ini alternatifnya adalah retail tradisional dan retail modern. Tingkat berikutnya yaitu kriteria-kriteria sebagai pertimbangan dari alternatif-alternatif. Pada tingkat puncak hanya satu elemen, yaitu tujuan menyeluruh.
Untuk dasar pembuatan kuesioner didapatkan dari AHP itu sendiri, yang merupakan proses pengambilan keputusan dengan memberikan perbandingan berpasangan pada tiap-tiap faktor dan memberikan bobot penilaian untuk preferensi dari tiap-tiap perbandingan.
Menurut Saaty (1993) pada dasarnya, metode Proses Hierarki Analitik ini memecah-mecah suatu situasi yang kompleks, tak terstruktur ke dalam bagian-bagian komponennya, menata bagian atau variable ini dalam suatu susunan hierarki, memberi nilai numeric pada pertimbangan subyektif tentang relative pentingnya setiap variabel, dan mensintesis berbagai pertimbangan ini untuk menetapkan variabel mana yang memiliki prioritas paling tinggi dan bertindak untuk mempengaruhi hasil pada situasi tersebut.
Hasil yang diperoleh dari kuesioner, tidak ditampilkan semua dalam penelitian ini karena variabel yang digunakan pada penelitian ini hanya terdiri dari empat variabel yaitu kualitas barang, lokasi, kelengkapan barang, dan pelayanan. Sehingga data yang akan dibahas pada pembahasan disesuaikan dengan variabel yang digunakan.
Dari kuesioner tersebut, responden akan membandingkan antara kolom kiri dan kolom kanan mana yang dianggap lebih penting. Kemudian memberikan tanda () pada kolom yang sesuai untuk penilaian tingkat kepentingan antara masing-masing faktor. Keterangan skor/bobot dalam kuesioner tersebut adalah:
Angka 1 = sama pentingnya: dua hal yang diperbaningkan sama pentingnya
Angka 3 = sedikit (moderate) lebih penting: satu hal yang diperbandingkan sedikit (moderate) lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya.
Angka 5 = Lebih penting: satu hal yang diperbandingkan lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya.
Angka 7 = Sangat lebih penting: satu hal yang diperbandingkan sangat lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya.
Angka 9 = Mutlak lebih penting: satu hal yang diperbandingkan mutlak (extreme) lebih penting dibandingkan dengan komponen lainnya.
Angka 2, 4, 6, 8 menyatakan tingkat kepentingan diantara angka-angka tersebut di atas, misalnya 3 dan 5, merupakan pilihan yang memiliki kualifikasi antara sedikit (moderate) lebih penting dan lebih penting.
3.5.2 Pemrosesan Data
Setelah data diperoleh, maka tahap selanjutnya adalah melakukan pemrosesan data. Kita harus mensistensis atau menyatukan pertimbangan yang dibuat dengan melakukan perbandingan berpasangan untuk mendapatkan peringkat prioritas menyeluruh untuk pengambilan keputusan. Pada tahap ini dilakukan suatu pembobotan dan penjumlahan untuk menghasilkan suatu prioritas tiap faktor. Proses pembobotan diolah dengan microsoft excel dengan menggunakan rumus rata-rata geometri seperti di bawah ini:
Keterangan : X1 = responden kesatu
Xn = responden ke- n
N = Jumlah responden
Data numerik digambarkan dalam bentuk matriks, dilakukan normalisasi dengan membagi tiap-tiap entri dengan jumlah nilai kolom pada matriks. Proses sintesis ini akan dihasilkan persentase prioritas atau preferensi untuk tiap-tiap alternatif.
3.5.3 Analisis dan Grafis
Setelah mendapatkan hasil dari sintesis, diketahui nilai prioritas dari tiap-tiap kriteria dan alternatif, tahap selanjutnya yaitu melakukan analisis, untuk mengetahui alternatif bank mana yang paling baik bagi nasabah. Analisis ini juga akan dijelaskan dalam bentuk grafik. Setelah hasil analisis dilakukan, maka selanjutnya memberikan kesimpulan dan saran untuk pengembangan dari penelitian yang telah dilakukan.
Tugas ini ditujukan kepada Bpk. Prihantoro
Selasa, 01 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar