4.1 Gambaran Umum Objek Penelitian
Kota Bekasi secara administatif, seluruhnya dapat dikategorikan sebagai kawasan perkotaan, namun secara fungsional sesungguhnya terdapat perbedaan karakteristik antara bagian wilayah kota disebelah utara dan disebelah selatan. Dalam hal ini perbedaan karakteristik tersebut adalah:
1)Bagian wilayah kota disebelah utara, yang selama ini sudah berkembang dengan dominasi kawasan terbangun, intensitas pemanfaatan ruang tinggi, kepadatan penduduk tinggi, dan secara fungsional menunjukkan dominasi kegiatan perkotaan. Dalam kaitannya dengan pengembangan kota di masa yang akan datang, bagian wilayah kota ini memerlukan pemantapan fungsi bagi kegiatan yang akan tetap dipertahankan, pengendalian terhadap kegiatan yang dikhawatirkan akan melampaui daya dukung wilayahnya, intensifikasi pemanfaatan lahan dengan pembangunan vertikal, serta penanganan terhadap berbagai permasalahan fisik dan prasarana dasar perkotaan.
2)Bagian wilayah kota disebelah selatan yang relatif belum berkembang dengan dominasi kawasan tidak terbangun dan kegiatan masih bersifat bukan-perkotaan (perkampungan) serta kepadatan penduduk rendah. Dalam kaitannya dengan pengembangan kota di masa yang akan datang, bagian wilayah kota ini memerlukan pengarahan kegiatan perkotaan secara ekspansif sesuai dengan potensi yang dapat dikembangkan, pengembangan pusat-pusat kegiatan baru untuk mengurangi beban pelayanan pusat kota, serta pengintegrasian pengembangan dengan rencana pemanfaatan ruang wilayah sekitar/ yang berbatasan.
Kota Bekasi merupakan salah satu mitra ibukota negara, khususnya sebagai sentra produksi dengan keberadaan Kawasan Industri berskala internasional yang sangat membutuhkan fasilitas jalan yang mendukung. Hal tersebut diwujudkan dalam terbukanya akses yang luas ke dalam Kota Bekasi melalui Gerbang Tol Mustikajaya, Cibitung, Cikarang Barat dan Cikarang Timur, dimana pada keempat gerbang tol tersebut volume lalu lintas menunjukan peningkatan volume kendaraan yang sangat signifikan.
Berdasarkan data dari Dinas Bina Marga dan Pengairan Kota Bekasi tahun 2008, panjang jalan di Kota Bekasi adalah 1012,60 km, terdiri dari jalan tol sepanjang 38,50 km, jalan nasional sepanjang 34,40 km, dan jalan kabupaten sepanjang 393,70 km. Sedangkan menurut sistem dan fungsinya jalan arteri primer sepanjang 34,40 km, arteri sekunder sepanjang 3,60 km, kolektor primer sepanjang 360,83 km, kolektor skunder sepanjang 76,65 km, jalan lokal primer sepanjang 261,72 km dan jalan lokal sekunder sepanjang 170,6 km. Jalan negara seluruhnya diaspal sedangkan jalan kabupaten 46,08% diaspal, 27,92% kerikil, dan 26,00% beton. Kondisi jalan negara termasuk sedang, jalan kabupaten 35,76% baik, sedang 37,06%, rusak 27,18%. Adapun rencana peningkatannya adalah jalan dalam kondisi rusak akan ditingkatkan menjadi sedang dengan ruas jalan kondisi sedang akan ditingkatkan menjadi baik.
Keberadaan infrastruktur jalan berbeda antara satu kecamatan dengan kecamatan lainnya. Pada kecamatan yang terdapat pusat kegiatan ekonomi (industri) maupun pemerintahan, infrastruktur jalan tersedia dengan baik. Sedangkan di kecamatan-kecamatan yang masih didominasi kawasan pertanian, infrastruktur jalan cenderung terbatas dari segi kuantitas maupun kualitas. Pemerintah Kota Bekasi terus berusaha untuk meningkatkan ketersediaan infrastruktur jalan untuk mendukung perkembangan wilayah Kota Bekasi yang menyeluruh.
Ruas jalan arteri primer yang merupakan jalan antar karuasan membentuk pola linier, membentang pada poros barat-timur yaitu dari Kecamatan Cikarang Timur (batas Kabupaten Karajalang) sampai ke Kecamatan Tambun Selatan (batas Kota Bekasi). Dengan letak yang sejajar dengan jalan tol Jakarta-Cikampek serta adannya jalan industri dan akses tol sebagai ruas arteri sekunder yang berdekatan dengan jalur utama tersebut maka seluruh jalur distribusi utama regional ini terkonsentrasi di bagian tengah Kota Bekasi. Jalan kolektor yang berfungsi sebagai pengumpan (feeder) dari tiap kawasan wilayah Bekasi dengan jalur utama ini membentuk simpul yang berkembang menjadi pusat-pusat kegiatan perekonomian masyarakat yang menyebabkan beban lalulintas poros barat-timur sangat berat dibandingkan ruas jalan lainnya.
Ruas-ruas jalan kolektor primer dan kolektor sekunder yang tersebar di seluruh wilayah Kota Bekasi yang menghubungkan antar kecamatan, desa, kampung dan lingkungan membentuk pola grid (kotak) terutama diwilayah Kota Bekasi sebelah selatan dan tengah. Sedangkan disebelah utara dan timur, pola jaringan jalannya membentuk jalan melingkar yang membentang dari Kecamatan Muara Gembong sampai Kecamatan Kedung Waringin. Pola grid jaringan jalan antar ruas jalan kolektor tersebut membentuk simpul-simpul yang berkembang menjadi sub pusat perekonomian masyarakat menyebabkan beban lalu lintas cukup tinggi pada ruas-ruas jalan kolektor primer sebagai poros utara-tengah dan selatan-tengah yang merupakan akses distribusi utama interregional yang menghubungkan antar karuasan di seluruh wilayah Bekasi, seperti pada ruas jalan Cikarang Utara-Cibarusah, Cibitung-setu, Babelan-Tambun Utara, Tambelang-Cibitung dan Sukatani-Cikarang Utara, seluruh ruas jalan tersebut berada di sebelah barat, utara, selatan, dan tengah wilayah kota Bekasi. Sedangkan akses distribusi utama inter-regional sebagai poros utara-tengah dan tengah selatan di sebelah timur wilayah Bekasi yang dilayani oleh ruas jalan Cibarusah-Cikarang Timur dan ruas jalan Muara Gembong-Kedung Waringin memiliki beban lalu lintas relatif rendah.
Kota Bekasi merupakan salah satu daerah penyangga ibukota negara. Sebagai daerah penyangga, terutama dalam hal pemukiman sangat dibutuhkan fasilitas jalan yang mendukung. Di antaranya adalah jalan tol Cibitung dan Cikarang. Di kedua gerbang tol tersebut volume lalu lintas menunjukkan peningkatan. Pada tahun 2008, Volume kendaraan meningkat 6,27 % dari tahun sebelumnya. Di sisi lain, Kereta api merupakan sarana angkutan yang banyak digunakan masyarakat Bekasi. Stasiun kereta api yang berlokasi di Kota Bekasi adalah Stasiun Tambun, Cikarang dan Lemahabang. Dari ketiga stasiun tersebut, selama tahun 2008 penumpang kereta api berjumlah 1.228.257 orang, atau naik sebesar 30,97 % dibandingkan tahun 2007.
Keberadaan Kota Bekasi sebagai sentra produksi nasional yang ditujukkan oleh keberadaan Kawasan Industri yang sangat luas menjadikan sistem angkutan barang menjadi perhatian penting pada transportasi Kota Bekasi. Sistem angkutan barang diarahkan hanya melintasi jalan primer dan jalan tol dengan rute untuk angkutan penumpang regional dengan pertimbangan lokasi pergudangan, terminal barang, industri dan pasar. Terdapat banyak permasalahn yang ditemui hal lintasan angkutan barang dan pengawasannya. Di salah satu pihak rute angkutan barang telah disesuaikan dengan kelas jalan tinggi sesuai kekuatan konstruksinya, tetapi angkutan barang masih melewati jalan kelas rendah karena keberadaan sebagian industri di kawasan permukiman dimana distribusi produk dan bahan baku produksi melalui jalan tersebut. Permasalahan lain ialah terdapat beberapa pangkalan angkutan barang di pinggir jalan yang menimbulkan permasalahan lalu lintas dan lingkungan. Selain itu, adanya outlet produksi kawasan industri Kota Bekasi yang terpusat ke Tanjung Priok melalui jalan Tol yang sudah sangat padat menimbulkan beban lalu lintas yang jauh lebih tinggi.
Selasa, 08 November 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar